Becak, oh Becak
Motor. Hanya sedia 5.000 rupiah mungkin kita bisa menyusui berbagai tempat dengan sepeda moor. Dengan 3.000 rupiah juga bisa menyusuri tempat ke berbagai tujuan dengan bus. Hanya dengan uang begitu murah nya, kita dapat kemana-mana dengan nyaman. Bahkan mungkin bisa dibilang cukup cepat. Tapi, dengan uang yang terjangkau tersebut, juga dapat membahayakan dunia karena polusinya.
Mencoba hal yang lain. Saya mencoba untuk naik Becak. Di Ygyakarta, kendaraan ini masih banyak sekali dijumpai di sepanjang jalan. Sebagian besar dari mereka sudah berusia lanjut, dan sebagian yang lain masih berusia dalam masa kerja. Dengan bermodal becak dan tenaga yang ada, para tukang becak siap mengantar orang ke tujuan yang diinginkan.
Bisa dibilang Becak sudah cukup jadul untuk masa kini. Tapi, dari ke-jadul-an nya tersebut, itulah seni dari Becak. Bagi anak muda, mungkin bisa dikata, gengsi jika mengenakan Becak. Bagi kalangan menengah keatas mungkin bisa dibilang jijik. eits, Jangan salah.
Sedikit curhat cerita dari pengalaman saya. Saya mencoba tiga kali dalam satu waktu untuk mengendarai Becak. Artinya, ketika saya menaikinya, kemudian berhenti. Setelah itu saya mencari becak lagi dan pergi ke lain empat. Dan yang terakhir saya naik Becak dengan lain orang yang mengendarai. Sungguh nikmat. Berapa harga dari setiap saya menaiki becak tersebut? Belum ada kepastian.
Saya naik pertama. Sebelum naik, saya menanyakan ongkos perjalanan. Sang tukang becak berkata, 'Delapan ribu.' Cukup mahal, tapi saya hanya tersenyum dan kemudian naik. Setelah sampai, saya menyodorkan uang 10.000, tetapi beliau tak memiliki kembalian yang pas. Tapi saya coba ikhlaskan. Setelah saya naik, dan saya membayangkan pengorbanannya, saya mulai terkagum.
Yang kedua, sebelum naik, saya bertanya berapa ongkos nya. Sang tukang becak dengan pendengaran dan perkataan yang sudah kurang baik dengan lugas berkata, 'ya, ya. nanti saja kalau sudah sampai bayarnya..' Saya awalnya berpikir beliau tak paham dengan perkataan saya. Singkat cerita, setelah saya sampai di tujuan, saya tanyakan lagi berapa ongkos nya. Beliau dengan tenang menjawab, 'Berapa saja, seikhlasnya.'
Ketiga kalinya saya coba mencari tukang becak lain. Dengan cerita sama, menanyakan dahulu berapa ongkos nya. Beliau menjawab, 'Tujuh Ribu.' Saya naik dan sampai di tujuan. Saya hanya sodorkan uang 6.000 untuk memancing apakah sang tukang becak sadar atau tidak. Beliau (tukang becak) berkata, 'Kurang seribu dek. Seharian baru satu penumpang. Cukup hanya sekali untuk makan hari ini.' Tukas sang tukang becak. hhmmm. Cukup berat juga pegorbanan mereka (para tukang becak). Kemudian saya menambahkan uang 20.000. Beliau menjawab, 'Ga ada kemaliannya, dek.' Tapi saya tinggal. Saya coba memancing tukang becak, apakah dia membawa kembalian saya sepenuhnya atau tidak. Dari jarak 100 meter, saya lihat sang tukang becak pergi menjauh, bukan mendekat. Setelah saya berjalan sekiranya 300 meter, terlihat dari kejauhan, sang tukang becak menghampiri sembari berkata, ' Ini dek, kembaliannya belum. Saya tinggal menukarkan uang kok malah pergi.' Sungguh.
Bayangkan, dengan sedikit uang tapi bisa dengan mudah ke tujuan dengan sepeda motor atau bus, tetapi hasus mengeluarkan polusi. Bayangkan pula, dengan cukup merogh kocek untuk membayar ongkos demi memberi kepada tukang becak, kita dapat melestarikan budaya dan juga tak perlu menambah polusi serta dapat memberikan banuan bagi tukang becak. Bayangkan.
Sedikit menyimpang dari pembahasan. Berapa banyak waktu yang anda gunakan untuk menikmati budaya dan wisata dari negeri sendiri? Dewasa ini banyak orang merogoh kocek dalam hanya ingin pergi jauh untuk kesenangan belaka. Bahkan, mungkin saja ada yang pergi ke Luar Negeri hanya untuk memamerkan dirinya bahwa ia pernah ke luar negeri.
Kembali ke pembahasan. Becak. Salah satu peninggalan budaya kuno yang masih sangat kental di budaya Yogyakarta. Anda mungkin ada yang pernah, bahkan ada yang belum pernah sama sekali menaiki Becak. Mungkin ada bisa coba.
Bayangkan, sudahkah anda mencoba mencintai budaya anda sendiri? Sudahkah anda mencoba mengendarai Becak yang masih bisa dimanfaatkan untuk kita lestarikan? Sudahkah anda mencoba memberikan sedekah anda untuk para tukang becak yang hanya berpenghasilan sedikit tapi dijalaninya sepenuh hati demi mendapatkan uang untuk kehidupannya?
Mari lestarikan Becak. Mari tetap dukung Becak. Mari :)